"Kau enak, ya. Punya uang banyak. Apa saja diinginkan dapat. Tinggal beli."
"Kau enak, ya punya mertua baik, nggak kayak aku yang mertua ku bla bla bla"
"Kau enak, ya. Bisa bekerja. Punya gaji, kau bisa beli apa aja semampumu. Kau bisa bertemu orang banyak, bercanda gurau dengan teman kerja"
"Kau enak, ya. Jadi Ibu rumah tangga. Full di rumah. Fokus ngurus anak Suami. Mau apa-apa tinggal minta Suami. Nggak mesti capek-capek kerja."
Dan berbagai ucapan lainnya sejenis itu.
Jujur, aku gemesh sekali denga orang-orang yang berbicara seperti itu dengan ringannya.
Sebuah ucapan perbandingan hidup yang dilontarkan dari Si A ke Si B.
Baca juga: Kita Hanya Berpindah Titik
Stopp! Jika boleh aku berbicara, mulai sekarang berhentilah ngomong seperti itu. Enak dan tak enak yang orang lalui hanya dia yang tau. Mending kalo yang kita bilang itu benar-benar merasakan enaknya seperti yang kita tuduhkan. Mungkin dia bersyukur dan bilang ke dirinya sendiri, "Iya. Alhamdulillah hidupku enak!". Tapi kalau tidak bagaimana? Apalagi saat kau bilang seperti itu, yang bersangkutan justru merasakan sebaliknya.
Disaat mentalnya sedang down. Masalahnya bercumpuk-cumpuk. Kau bilang hidupnya enak. Coba dibalik posisinya, kalau kamu yang menerima pernyataan itu sementara hatimu sedang amburadul apa yang kau rasakan??? Silahkan tanya kejujuran hatinya masing-masing.
"Aku nggak bermaksud buat dia sedih dengan ucapan ku. Aku hanya melihat dia seperti orang yang sangat beruntung dibanding aku".
Mungkin ada juga yang berkata begini. Ya benar, memang ada kala kita merasa cemburu melihat hidup orang lain yang kelihatan nya lebih enak dan bahagia dibanding hidup kita. Tapi, balik lagi. Syukur adalah kunci. Sambil terus berdoa semoga kita juga merasakan kebahagiaan yang dia rasakan.
Kata Allah, "Lainn syakartum, la adzii dan Nakum. Walaiin kafartun, inna adzaaa bii la syadidd". Artinya: Barang siapa yang bersyukur atas nikmat ku, maka akan ku tambahkan nikmat itu padanya, dan barang siapa yang mengingkari, maka sesungguhnya azab ku sangat pedih. " QS. Ibrahim:7. Alhamdulillah aku masih hafal ayat ini di luar kepala.
Ya! Kuncinya bersyukur. Bahkan aku pernah mendengar cerita dari seorang kakak tingkat saat ia mulai merasa bosan dengan rutinitasnya di kantor. Maka seseorang memberi dia saran. Carilah apa-apa saja hal yang membuat mu senang ketika berada di kantor. Bahkan meski hanya se-pot bunga kecil sekali pun. Maka kau akan tenang dan tidak merasa terbebani.
Dan mungkin benar, dia lagi merasakan fase enak se-penglihatan kita. Tapi kita tidak tau apa yang ada di balik layarnya.
"Eh, tapi, kan... Dia bisa bersikap nggak usah ambil pusing omongan orang kalau memang kenyataan nya tidak seperti itu. Masa bodoh aja!"
So, berhentilah membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. Kita berjalan dengan titian kita masing-masing. Dengan roda hidup kita masing-masing yang kadang diatas dan kadang di bawah.
Hidup yang saat ini kau jalani, bisa jadi adalah hidup yang orang lain impikan
Hidup orang lain yang kau pandang saat ini enak, kau tidak akan tau apa-apa yang telah ia lalui untuk mendapatkan keenakan atau kebahagiaan itu. Kau tidak tau apa-apa saja yang sudah ia korbankan sehingga kau memandangnya hanya sisi enaknya saja.
Baca juga: Menulis meditasi diri
Jika kau ingin tau, bagaimana orang itu bisa menjadi hebat, bisa terlihat senang dan nampak begitu tenang, maka duduklah bersamanya. Tanyakan padanya apa yang telah membuat ia bertahan dan hebat seperti saat ini.
Tidak ada komentar
Thanks udah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya. No SARA. Syukron Jazakallah..😊