Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang sama |
Banyak informasi dan ilmu yang kita dapatkan di streaming kali ini yang merupakan kerja sama antara NLR Indonesia dan Berita KBR. Untuk informasi lebih lengkap, udah aku rangkum di bawah ini, ya. cek detailnya, yuk..
- Bapak Anselmus Gabies Kartono, founder Yayasan Kita Juga (Sankita)
- Bapak Frans Patut, S.Pd, Kepala Sekolah SDN Ranggawatu Manggarai barat.
- Ignas Carly siswa kelas 5 kategori disabilitas di SDN Ranggawatu Manggarai barat.
Live Streaming di youtube BERITA KBR |
Data WHO pada tahun 2020 menyebutkan Indonesia masih menyumbang kasus baru kusta nomer 3 terbesar di dunia dengan jumlah kasus 8% dari kasus dunia.
Dan masih banyak penderita kusta di wilayah-wilayah Indonesia. Terdapat sebanyak 9061 kasus baru kusta termasuk kasus baru kusta pada anak. Per 13 Januari 2021, kasus baru kusta pada anak mencapai 9,14% dimana angka ini belum mencapai target pemerintah yaitu dibawah angka 5%.
Host dan Narasumber |
Baca juga: Selimut Polusi dan Perubahan Iklim
Oleh karena itu perlu adanya kerja sama dengan semua pihak untuk memastikan anak mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik untuk memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan optimal, mendapatkan hak dalam bidang pendidikan yaitu pendidikan inklusi, serta perlakuan yang sama dengan anak normal lainnya.
Terbentuknya Yayasan Sankita di Manggarai Barat
Bapak Aselmus, Founder Sankita |
Bapak Frans Patut menuturkan perjalanan SDN Ranggawatu Manggarai Barat bertransformasi menjadi sekolah inklusi berpedoman pada UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Proses terbentuknya yayasan Sankita di Manggarai Barat berawal karena kabupaten Manggarai Barat sangat minim sekali sekolah inklusi, padahal banyak ditemukan disetiap kampung terdata anak usia sekolah dengan kategori berkebutuhan khusus. Dan terkendala jarak Sekolah SLB yang terlalu jauh.
Hingga secara administratif pada tahun 2017 Dinas Provinsi menerbitkan SK penyelenggaraan Sekolah Inklusi SDN Ranggawatu Manggarai Barat.
Ignas Carly, salah satu siswa disabilitas di SDN Ranggawatu Manggarai Barat
Saat ini ada 7 siswa disabilitas yang bersekolah disana. Salah satunya Ignas Carly, siswa kelas 5 SD.
Ignas Carly, salah satu anak disabilitas |
Ia juga menambahkan bahwa tidak perbedaan perlakuan untuk anak disabilitas dengan anak normal lainnya dari guru-guru dan dari semua pihak sekolah. Semua diperlakukan sama tanpa ada perbedaan. Itu yang membuat Ignas betah sekolah meski di sekolah umum.
Yayasan Kita Juga (Sankita)
Sankita sendiri bergerak dengan melakukan survei ke sekolah-sekolah dan menemukan bahwa banyak sekali persiapan yang harus di perhatikan. Seperti kesiapan guru dan sarana fisik yang belum memadai, serta akomodasi yang mudah di akses oleh anak disabilitas.
Sankita melakukan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas para guru, mensosialisasikan kepada guru, komite, dan orang tua murid agar sudut pandang tentang sekolah inklusi sejalan, dan setuju bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang mengikutsertakan atau memberi kesempatan pada anak-anak berkebutuhan khusus untuk bersama melakukan kegiatan belajar di sekolah.
Program-program yang dilakukan oleh Yayasan Kita Juga (Sankita) diantaranya :
Kesimpulan
Pendidikan adalah hak semua anak-anak di Indonesia. Seperti yang dituturkan oleh bapak Frans Patut. Terdapat pada UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Maka sudah kewajiban kita selaku yang berwenang dan punya kuasa untuk memfasilitasi anak menempuh pendidikan tanpa adanya perbedaan. Termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau biasa kita sebut disabilitas.
Kita berharap semoga makin banyak sekolah di luar sana yang memberi ruang seluas-luasnya untuk anak ABK menempuh pendidikan inklusi. Saling support, saling mendukung, saling menyayangi tanpa adanya diskriminasi.
Karena kita tahu bahwa lahirnya seorang anak dengan satu kekurangan, maka ia terlahir pula dengan membawa banyak kelebihan. Dan kita harus menyadari itu serta membiarkan anak berkembang, beradaptasi, serta menggapai cita-citanya layaknya anak normal lainnya.
Setiap anak pasti ingin terlahir sempurna ya, Mbak. Padahal walau sebenarnya dibalik kekurangan mereka, pasti ada kelebihan. Hanya karena di kehidupan kita, kadang anak yang berbeda malah diejek dan dijauhi.
BalasHapusMakanya perlu sekali peran serta semua, agar anak-anak disabilitas dan kusta bisa diterima oleh anak-anak lain.
Keren banget nih sekolahnya berinisiatif menjadi inklusif dan bisa bertahan sampai sekarang
BalasHapusDulu saya pikir kusta itu penyakit menakutkan karena hanya tahu dari cerita orang-orang. Tapi setelah dewasa, banyak mendapatkan informasi akhirnya tahu bahwa semuanya hanya stigma. Sosialisasi sampai ke masyarakat bawah tentang kusta sepertinya memang belum sampai
BalasHapusIgnas anak yg besar hatinya. Senang membaca dia sudah banyak berteman dengan teman2nya di sekolah negeri. Anak2 disabilitas adalah anak yg istimewa, karenanya tak seharusnya mereka di-bully bukan
BalasHapusSetujua sekali kak dengan kata-kata terakhir di artikel. Lahirnya anak dengan kekurangan pasti disertai dg kelebihan karena setiap anak itu istimewa. Ini sih reminder juga buat sy peribadi agar lebih menghargai anak
BalasHapusKadang sedih ya melihat masih ada diskriminasi untuk golongan tertentu. Padahal disabilitas atau kusta bukanlah keadaan yang harus dijauhi. Mereka terlahir ke dunia karena Allah sudah sepantasnya kita hargai. Meski mereka kurang normal dan memiliki keterbatasan namun belum tentu kalah dengan manusia biasa atau manusia normal. Tugas kita menghargai mereka, memperlakukan mereka seperti layaknya manusia pada umumnya. Kelak pahala akan kita dapatkan dari Allah SWT.
BalasHapusAgak miris memang kalau memperhatikan keberadaan anak berkebutuhan khusus ini. Kadang kala perhatian yang mereka dapatkan nggak jauh dari bulyan. Padahal mereka juga butuh pendidikan yang layak.
BalasHapusSetiap anak apapun keadaannya memiliki hak untuk meraih pendidikan yang layak buat meningkatkan penghidupannya lebih sejahtera. Cuss hilangkan stigma, dukung dengan bersosialisasi
BalasHapusapa yang dilakukan Yayasan Sankita sudah tepat, yaitu memberikan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas para guru di mana kebanyakan ABK pasti bersekolah di sekolah umum pasti butuh pelayanan khusus namun tidak membeda-bedakan dengan anak normal lain.
BalasHapusApalagi banyak persiapan mulai dari kesiapan guru, sarana yang memadai serta akomodasi khusus disabilitas
Betul sekali pendidikan adalah hak setiap warga negara indonesia tidak ada perbedaan. Disabilitas, ABK dkk kalau intensif belajar mereka bisa berkembang dengan baik lho. (Gusti yeni)
BalasHapusTwebwntuknya Yayasan Sankita rupanya bermula dari kepedulian besar atas pendidikan pada anak-anak yang berkebutuhan khusus, pun menyadari bahwa ketiadaan sekolah insklusi di wilayah Manggarai Barat. Hebat. Sesih sekali rupanya banyak juga jumlah pasien kusta anak dan bermunculannya kasus baru di tanah air yang cukup tinggi.
BalasHapusIni betul sekali, pendidikan adalah hak semua anak-anak di Indonesia. Terlebih juga adik-adik kita penyandang disabilitas juga perlu pendampingan khusus dengan memberikan materi pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan mereka
BalasHapussedih ya, kalo ada diskriminasi untuk anak disabilitas dan penyintas kusta, tapi memang menurutku perlu juga ada bimbingan untuk pengajarnya agar bisa menyesuaikan dgn situasi dan kondisi anaknya
BalasHapusBanyak banget program Sankita yang keren-keren ya mbak. Aku seneng bagian, mengadakan pendidikan Inklusi di SDN Ranggawatu. Memudahkan orang tua ABK yang jauh dari SLB tapi tetap bisa menyekolahkan anaknya melalui pendidikan inklusi
BalasHapus