Siapa sih yang mau hidup dalam tekanan? Atau hidup penuh dengan masalah dan ujian. Nggak ada. Tapi ujian itu bikin kita naik kelas di mata Tuhan. Ujian bikin kita jadi lebih kuat.
Berumah tangga, tapi hati tertekan akibat punya suami yang ringan tangan, atau punya mertua yang suka ikut campur urusan rumah tangga, juga punya ipar yang suka usil dengan urusan belanja kita.
Bisa juga punya orang tua yang toxic. Harus ngikuti apa kemauan orang tua tanpa mempertimbangkan keinginan anaknya. Atau bekerja di sebuah tempat kerja yang pemimpinnya otoriter. Dan banyak lagi contoh masalah lainnya.
Baca juga: Pengalaman 2 tahun pernikahan
Beruntung bagi tiap-tiap orang yang bisa move on dari hidupnya yang toxic. Move on dari hidupnya yang penuh tekanan. Bisa menyelesaikan tiap masalah yang datang. Dan beruntung buat dia yang bisa mengambil langkah dengan tegas.
Tapi banyak, loh! Orang-orang yang tidak bisa berkutik. Menyembunyikan tekanan atau masalah batinnya di balik kata "Semua akan indah pada waktunya."
Lalu apakah itu salah? Tidak juga! Saat punya suami yang ringan tangan, kita tetap bertahan dalam ikatan pernikahan demi anak-anak. Atau karena beberapa hal lain. Ya, sah-sah aja. Semua keputusan ada di kita yang punya badan.
Tak ada manusia yang ingin hidup di bawah tekanan |
Pernah dulu saat masih usia sekolah, aku dipaksa keadaan untuk tinggal di rumah orang agar tetap melanjutkan pendidikan. Yaa, kata kasarnya, bisa lah di bilang jadi 'babu' orang. Bekerja untuk pekerjaan rumah, tapi biaya sekolah ku menjadi tanggung jawab si tuan rumah. Disaat itulah semua tekanan demi tekanan aku rasakan.
Baca juga: Semangat jaga prokes di tengah pandemi
Pernah beli bola lampu kamar sendiri karena takut dimarahi si empunya rumah karena lampu kamar sering mati atau rusak. Padahal bisa jadi emang kualitas lampunya nggak bagus, kan. Pernah minjam duit ke tetangga buat beli bohlam lampu empunya rumah karena nggak sengaja aku pecahkan. Karena apa lagi kalau bukan karena takut dimarah atau di omel.
Pernah nyuci berbaskom-baskom pakaian di malam hari pake tangan sampai terkantuk-kantuk karena tuntutan orang rumah. Pernah berhenti ekstrakurikuler yang lagi semangat-semangatnya diikuti karena dimarah si empunya rumah karena terlambat pulang, merasa tertekan dan menangis seorang diri karena diperlakukan tidak adil, dan banyak lagi tekanan lainnya yang aku rasakan.
Dapat difahami sih, namanya juga kita tinggal di rumah orang. Jadi pandai-pandai aja ngambil hati tuan rumah agar betah dirumahnya. Tapi untuk keadaan ku saat itu, betah nggak betah, bisa atau tak bisa ngambil hati orang rumah, ya tahanin aja demi sekolah.
Hikmahnya apa?
Semua akan indah pada waktunya |
Jika boleh memilih, aku ingin hidupku bebas jauh dari tekanan. Hidup dalam lindungan keluarga yang utuh dan bahagia. Tapi lagi-lagi kita tak bisa memilih takdir kita seperti apa, kawan! Kita hanya bisa menjalani semua yang telah diatur oleh-Nya.
Semua tekanan dan keadaan buruk itu telah aku lewati. Puncaknya aku sampai mengalami depresi dan berjuang untuk sembuh. Itu adalah titik terendah dalam hidupku.
Hikmahnya sekarang insyaAllah aku jadi lebih banyak bersyukur, legowo dengan berbagai ujian hidup, terus juga lebih mudah beradaptasi dimana pun aku berada. Juga bisa nentuin dan ambil sikap sendiri. Nggak ada tu yang namanya dipendam-pendamin dalam hati. Nggak ada nyimpan dalam hati. Sedih atau bahagia ya aku ekspresikan, suka dan tidak suka ya aku katakan/tunjukkan (tergantung masalah/kondisinya).
Selain itu, berkat kesabaran dan keikhlasan menjalani masa yang sulit tersebut, sekarang gelar sarjana itu telah aku sandang. Hey!!!! Aku bangga dengan gelar ku ini! Karena untuk orang dengan kondisi ekonomi dan keadaan keluarga yang broken home sepertiku, menjadi sarjana itu adalah sesuatu yang sangattttt sulit buat dijangkau. TAPI AKU BISA (give standing applause donk for my self. Hehee).
Bagiku, pendidikan adalah yang nomor 1. Pendidikan bukan sekadar jalan buat mencari pekerjaan. Tapi pengalaman dan relasi selama menempuh pendidikan itulah yang membuat ia sungguh mahal dan berharga. Yang akan menjadi bekal buat kita hidup di masyarakat ke depannya.
Saat dalam masalah, apa yang harus dilakukan?
Tegas dalam mengambil sikap |
Bahagiamu adalah tanggung jawabmu. Bukan orang lain.
Curhat lah kepada orang terpercaya dan mintalah nasehatnya. Lalu mantapkan hati Insyallah kita akan menemukan jalan keluarnya. Terdengar simple dan mudah, kan? Tapi tidak untuk prakteknya. Yes! I know that. But, you can do it, if you will.
Semangat ya semuanya. Buat semua yang saat ini sedang berada dalam berbagai masalah hidup. Kamu pasti bisa melewati semuanya dengan baik. Aku berani mengatakan itu karena aku telah melaluinya. Kamu punya hak kontrol penuh atas dirimu sendiri. 😊
Cara mudah ketika menghadapi masalah hidup tentunya dengan tetap tenang dan berfikir jernih. Dengan begitu, nanti pasti akan dapat menyelesaikan masalah
BalasHapus