Pernah nggak sih merasa jenuh dengan keseharian? Aku rasa setiap orang pernah merasa jenuh. Ingat banget waktu dulu Alm. Uje meninggal dunia, beliau pernah menulis yang bunyinya seperti ini "Pada akhirnya.. Semua akan menemukan yg namanya titik jenuh.. Dan pada saat itu.. Kembali adalah yg terbaik.. Kembali pada siapa..??? Kpd "DIA" pastinya.. Bismi_KA Allohumma ahya wa amuut.."
Itu adalah kutipan tweet terakhirnya sebelum beliau wafat karena kecelakaan motor tunggal. Sekelas ustadz seperti beliau aja merasakan titik jenuh. Apalagi kita, aku. Hanya manusia biasa.
Kemaren sore membaca status whatsapp suami. "Butuh sesuatu yang berbeda. Terasa datar." Aku tahu beliau merasa jenuh dengan rutinitasnya yang flat. Ngantor setiap pagi, pulang kadang sore kadang malam. Begitu seterusnya. Tidak ada perubahan tidak ada tantangan. Mungkin beliau butuh sesuatu yang berbeda. Bisa jadi itu adalah sebuah pekerjaan baru, atau pekerjaan tambahan. Atau sesuatu yang tentu lebih menantang.
Kehidupan yang flat kerap membuat kita merasa jenuh |
Dan sekarang, giliranku merasakan titik jenuh itu. Bukan yang pertama barangkali. Tapi titik jenuh ini akan terasa jika kita mulai bosan. Bahkan aku menulis ini adalah sebuah therapy mencurahkan isi hati yang jenuh. Aku jenuh menghadapi hp. Seharian ini nonton di sebuah aplikasi lalu mereviewnya di beberapa medsos. Berjam-jam lamanya hingga lupa jam istirahat siang. Memang aku berusaha menikmatinya. Aku mencintai pekerjaanku.
Tapi, saat ku sadari masih ada pekerjaan lain yang belum selesai, aku mulai stress. Blog Walking, Nulis di salah satu platform dengan target kata yang sudah ditentukan, Pelarianku adalah Blog. Aku memanfaatkan salah satu fungsi blog sebagai terapi jiwa. Tempat curhat. Terserah orang baca atau tidak. Terserah orang komentar atau tidak yang penting hatiku lagi. Hahaa! Lucu sekali, melarikan diri dari pekerjaan menulis dengan menulis. Wkwk.. Hanya beda platform dan beda ide tulis.
Menulis blog menjadi pelarianku. Suami belum pulang kerja. Jika ada mungkin bisa bercanda, bergurau, atau berpeluk biar hati dan diri tenang. Tapi berhubung beliau belum pulang, aku mendiamkan diri di kamar. Bersikap bodo amat dengan orang di luar sana. Biarlah sibuk dulu dengan sendiri. "Sibuk dengan hp."
Menulis blog ini sekalian isi konten blog original. Masa bodoh dengan kesibukan orang di luar sana. Masa bodoh dengan obrolan dan cerita orang di luar sana.
Jika diputar ke belakang, jika dibandingkan dengan orang lain, ku tau aku orang yang beruntung. Masih sibuk dengan pekerjaan meski cuma di rumah aja. Tapi, lagi-lagi bukannya aku tak bersyukur. Kita hanya berada di titik jenuh. Ntah apa obatnya. Refreshing? Ah! Belum tentu. Nyatanya baru 2 hari yang lalu kami refreshing ke kebun. Sekarang udah merasa jenuh lagi. Ntah apa maunya diri ini.
Jika diikuti hawa nafsu, kita punya banyak keinginan. Ingin ini ingin itu, mau kesini kau kesitu. Manusia memang begitu. Tak pernah merasa puas. Selalu ada keinginan. Lepas keinginan satu muncul keinginan baru.
Mungkin kedekatan kita dengan Tuhan perlu ditingkatkan |
Lalu apa yang salah? Ku coba introsfeksi diri. Dan akhirnya dengan menulis curcol disini aku pun menyadari. Ada yang salah di diri ini. Mungkin hubungan kita dengan Tuhan perlu diperbaki. Mungkin keintensan dengan Tuhan perlu di tingkatkan.
Balik-balik lagi seperti kata Alm. Uje,
"Kembali adalah jalan terbaik. Kembali pada Tuhan. Mengadu kepadanya".
Teman-teman, apakah kalian pernah merasakan titik jenuh seperti yang aku rasa? Lalu apa yang kalian lakukan jika berada di titik itu? Sharing yuk...🙂
Ku harap, setelah menulis ini, aku punya energy baru. Semangat baru. Tidak menyerah dan terus mengakhiri apa yang sudah aku mulai. Bismillah.
Salam hangat dariku. Semoga kita selalu menjadi orang yang pandai bersyukur dan selalu dekat dengan Tuhan.😊
Tidak ada komentar
Thanks udah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya. No SARA. Syukron Jazakallah..😊