Hallo, rasanya sudah lama sekali aku tidak menulis curhatan disini. Padahal curhat disini lumayan, loh, bisa nulis original dengan jumlah kata yang sesuka aku mau. Nggak kayak curhat di Ig/Fb, apalagi Twitter dan snap WA. hehee.. Jumlah katanya terbatas guys!
Selain itu, mumet juga aku tuh dengan blog yang kayak etalase ini. Wkwk.. Kalian merasa nggak sich di blog ku juga banyak iklan? Yaa! Meskipun banyak juga ilmu atau sisi positif yang bisa teman-teman ambil melalui postinganku.
Nang! Ning! Nung! Neng! Nong!
Ulalaa.. Hari ini aku masih mau cerita dan tepatnya sharing ke teman-teman. Lagi, mengenai kehidupanku setelah married. Aku rasa ceritaku dengan Babang masih menarik, kan? Kami masih pengantin baru, loh! Baru 7,5 bulan. Wkwk... Semoga kalian nggak bosyen apalagi ilfeel. Hihii..
Oya, sebelumnya aku kau bisikan sesuatu buat My Beloved Husband,
"Beb, kita berjuang sama-sama, ya! Kamu kerja bolak-balik ke kantor dengan gaji bulanan, dan aku di rumah mengumpulkan receh demi receh yang tak tau kapan datangnya. Kamu capek kadang lembur pulang sore hingga larut malan, aku capek mutar otak menyusun kata dan mantengin gadget hingga mata terpedih-pedih!
Tak apa, yaaa!! Ini lah cara kerja kita saat ini. Yang penting kita saling mendukung. Hingga suatu saat, kalau kita masuk restoran atau pusat perbelanjaan, kita nggak liat harga lagi. Langsung ambil apa yang kita suka. Kan, itu yang selalu kita humorkan setiap makan atau belanja liat harga dulu. Kadang urung karena mahal menurut kita. Hehee"
Berhemat atauu????
Yap! Hari ini tepatnya aku ingin cerita tentang itu. Setelah sebelumnya merenung begitu kami harus berhemat. Karena banyak kebutuhan yang dikeluarkan, dan uang tak terduga yang harus dikeluarkan. Sebenarnya, kalau mengikuti prinsip orang-orang sukses, bukan pengeluaran yang harus di kurangi. Tapi pendapatan yang harus dibanyakin. Tapi yaa mau gimanaa?? Saat ini, suami masih kerja kantoran yang tentu mengharapkan gaji bulanan. Saya hanya di rumah aja mengais receh-receh rupiah yang kadang ada kadang enggak. Bukannya tidak bersyukur. Tapi begitulah realitanya. Tiap-tiap kita punya porsinya masing-masing. Termasuk masalah keuangan.
Hari ini aku mau sharing tentang keuangan barangkali. Tentang berjuang sama-sama dalam hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Penunjang untuk hidup yang lebih sejahtera.
Sejatinya, berjuang bersama tu indah temen-temen. Ibaratnya tu, jika kita mendaki gunung, kita akan merasa lebih senang dan lebih semangat saat orang itu menemani perjuangan kita mendaki hingga mencapai puncak. Ketimbang menyambut atau disambut saat telah berada dipuncak. Berjuang bersama itu artinya merasakan capek bersama. Tawa dan sedih bersama. Kesandung bersama, ya pokoknya kita sama-sama.
Susahnya mencari rupiah
Ingat banget aku dulu, saat masih gadis dan kuliah, aku bisa dibilang cukup mudah memporak-porandakan uang. Beli baju ikutin model atau tergiyur online shop. Atau beli alat make up cuma sekadar kepo dengan tutorial make-up dan mau nyobain juga. Atau beli buku yang harganya kadang ratusan. Atau beli buku paketan (bukan berarti beli buku nggak baik ya!).
Nah, sekarang, pas udah bareng suami, uhhh, terasa banget recehan itu berharga. 2.000 itu berharga. Apalagi 50.000. Dulu, 50.000 aku bisa dapetin dan gunain dengan mudahnya. "Ya terserah gua donk, duit, duit gua! Gua yang nyariin. Bebas mau diapain," itulah yang dulu kerap aku omongin. Egois ngikutin nafsu. Meski memang aku bisa dapatin sendiri dari usahaku sebagai blogger, freelancer, jualan olshop, hingga kepanitiaan kampus.
Sekarang? Salah sendiri sih, Neng! Nggak dengerin senior mu dulu. Yang sering bilang, "Kalau udah berkeluarga baru terasa duit susah dicari. Baru terasa berapa harga minyak goreng, harga cabe. Masih gadis enak kalau dapat uang bisa buat jajan, beli helm, beli baju, dll. Kalau udah nikah, mah, boro-boro. Yang difikirin alat dapur. Apalagi kalau udah punya anak. Beuhh!!
Dan kalian yang masih gadis sekarang dan bisa dapat penghasilan sendiri, hemat-hemat ya! Gunain uangmu dengan bijak. Tabungkan atau investasikan. Nabung beli emas misal. Biar nggak nyesal.
Terus juga, lagi-lagi ngerasa banget susahnya nyari uang saat tinggal di desa. Tepatnya disini. Di Kaur ini. Harga sayur murah-murah temans, 2.000 per ikat. Contohnya sayur lumay. Kalau di kota, 3.000 seikat. Kan, lumayan tu seribunya bisa lebih hemat. Dan posisi kita adalah penjual. Saat ke kebun bantu mertua manen, ngikat hingga jual, dapat 20 ikat itu udah senang. Bisa dapat uangnya 40.000. Nah, sebelumnya kita mesti susah-susah dulu pergi ke kebun, panen di bawah terik matahari, lalu bawa lagi ke rumah dengan jarak yang lumayan jauh buat dijual. Belum lagi modal awal garap kebun, tenaga dan keringat yang udah dikeluarkan. Mungkin biasa bagi orang-orang desa. Tapi aku yang bisa dibilang jarang bersentuhan dengan kebun, terasa berbeda.
Pernah sich dulu berkebun. Waktu masih kecil. Yaa dulu mana tau tentang harga sayur, harga cabe, dll. Taunya ke kebun ya senang-senang aja menghabiskan masa kecil bareng saudara. Apalagi kebun kami dekat sungai. Sungai menjadi destinasi wisata buat kami dulu.
Dan sekarang, yang juga buat syedih itu kalau hari panas dan sayuran nggak subur. Hiks!! Nasib petani. But, ke kebun ini nyenengin buat aku. Sebagai opsi untuk refreshing dan nyegerin mata. Apalagi aku suka panen-panen. Yang gak suka itu panen saat matahari sedang panas-panasnya. Hahaa...
Berjuang bersama
Aku udah jelasin di atas tadi kenapa kita mesti berjuang bersama. Biar kita merasa susahnya mencari uang. Saat suami ke kebun, aku ikut juga. Kenapa? Karena selain berbagai alasan di atas, yang pasti saat di kebun, aku juga merasa kedekatan dengan suami lebih terasa. Panas-panasan bersama misal, capek bersama. Hehee...
Susah? Boleh dibilang gitu. Tapi beginilah keadaan kita saat ini, menurutku kehidupan kami sederhana. Belumlah kaya bener, namun cukup mampu. Tepatnya sederhanalah. Kami berdua punya cita-cita bersama beberapa tahun hingga berpuluh tahun yang akan datang. Saat dia bercita-cita besar yang jika dipandang untuk saat ini itu sangat sulit (sulit ya bukan nggak bisa), aku selalu mendo'akan. Aku aamiin-kan. Aku akan menjadi orang pertama yang percaya bahwa mimpinya akan menjadi nyata. Dan saat aku punya mimpi, dia juga begitu. Perbanyak do'a dan sholawat moga suatu saat segera terwujud. Yakini dulu dalam hati, kita bisa. Hanya saja, perlahan. Tak bisa "Bim salabim abra kadabra, duar!! Langsung jadi." Kan bukan dinegeri dongeng. Semua butuh proses dan perencanaan yang matang.
Seperti saat ini saja, aku punya keinginan. Dan dia juga ada keinginan. Kita sama-sama berusaha dengan cara kita. Do'ain ya! Moga dalam waktu dekat mimpi kami ini segera terwujud. Untuk saat ini, kita make pepatah lama aja dulu, "Berakit ke hulu berenang ke tepian, bersakit dahulu, senang kemudian." Hehee..
Dan Aku Berjuangnya Bareng Kamuu😚 |
Dan yang pasti, jika kita sudah menikah, kita harus seiring-seirama. Catet mimpi dan planning ke depan. Biar tujuan hidup kita berdua jelas. Biar target tercapai, dan biar makin semangat.
Semangat yaa para pejung rupiah. Uang memang bukan segalanya. Tapi segalanya butuh uang. Mau bantu orang pun, nggak cukup dengan do'a aja. Kalau bisa langsung action. Bantuan dana dan tenaga. Semangat nyari uang yang banyak biar bisa bantu orang lebih banyak. Aamiinn..
Bahkan uang bisa loh untuk membeli cinta pasangan *eh hahahaha.
BalasHapusSo sweet, bener banget, pas single itu bebas ya, uang sesukanya, waktu sesukanya.
Pas udah nikah dan punya anak?
Duuhh meski tahu betapa sulitnya cari duit, kalau liat anak sedih pengen jajan, langsung luluh juga hahaha.
Halo salam kenal ya mba. Sayur lumay itu apa ya? Kebayang susahnya cari uanh di desa ya mba, tp juga kalau banyak yg ke kota siapa lagi dong yg bangun desanya ya. Semangat terus ya mba, rezeki ga salah pintu 😍
BalasHapusHaha.. aku banget ini neng..
BalasHapusDulu saat gadis moto nya "yang penting enak.." saat milih makan. Harga nomer sekian. Setelah nikah, motonya geser "yang penting cukup.." buat makan anak sekeluarga. Hihi
Dulu mah ngabisin duit beli kopi gak pernah mikir. Sekarang malah kopi sachsetan. Wkwkwk
Semoga doa dan harapannya tercapai ya. Masih panjang jalan menuju sakinah mawadah warahmah dan itu memang tidak instan. Namun bukan tidak mungkin jika kita tetap ikhtiar dan bersungguh-sungguh dalam meraihnya...
BalasHapusPas gadis hedon ya mba. Rata-rata semua anak perempuan pernah mengalaminya, termasuk saya. Melek investasi, tapi nol praktiknya. Kadang menyesal kalo dibawakan ke sekaran pas sudah menikah dan harus hijrah jadi full time mom. Baru lah terasa. Namun, tidak ada kata terlambat. Bagaimana pun suami butuh istri yg ahli soal manajemen keuangan keluarga. Tetap semangat.
BalasHapusAlhamdulillah untuk niatan berjuang bersama suami tercinta, semoga diijabah doa dan harapan ya Mbak.
BalasHapusLebih enak berjuang dari nol berdua daripada tiba-tiba sudah punya karena pemberian orang tua atau mertua. Nanti waktu sudah sukses rasanya banggga banget.
Saya dan suami sudah 18 tahun menikah. Mulai dari ga punya apa-apa. Ga minta apapun bekal dari orang tua kami. Alhamdulillah kini punya rumah dan lain-lainnya dari berjuang berdua. Terus semangat ya, perjalanan masih pajang hehe
Aduh sedih banget ya jadi petani?
BalasHapusSusah nanem cuma dapat Rp 40.000
Sebagai pegiat urban farming, kerasa banget
Apalagi musim kemarau seperti sekarang. Ngga ada air.
Semangaaat. Semoga semua dimudahkan dan dilancarkan. Rezeki semakin luas dan luas lagi.
BalasHapusBarakallah mbak dan keluarga. Semoga sehatsehat dan bahagia selalu. Dimudahkan segala urusannya. Semoga kita semua dapat melalui apapun cobaan hidup itu. Aamiiin
BalasHapusSelamat menjalani kehidupan baru bersama suami Mbak Nengsi. Berjuang bersama menjadikan ikatan itu semakin menguat. Semangat untuk mewujudkan mimpi bersama tentunya menjadi bagian dari perjalanan itu.
BalasHapusSaya telah melewati 21 tahun hidup berumah tangga. Prinsipnya adalah suami istri itu adalah 2 orang yang saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika ada yang menjadi api, maka yang satunya menjadi air. Jika ada yang berjuang mencari nafkah, maka yang satu lagi menjaga dan mengatur nafkah itu dengan sebaik-baiknya. Mumpung belum punya anak, menabunglah sebanyak mungkin. Tujuannya adalah untuk pendidikan anak dan keperluan-keperluan lain yang tak terduga.
Semoga samawa sampai maut memisahkan ya Mbak. Aamin Yaa Rabbalallamiin
Berjuang bersama dengan kuat, menguatkan perjuangan dalam kebersamaan. Semoga setiap yang diperjuangkan bisa dinikmati bersama.
BalasHapusMmbuat rencana masa depan bersama suami adalah langkah awal kesuksesan kehidupan rumah tangga. Bagi pelaku, bersama selamanya adalah tujuan dan hasil, bagi keluarga dan masyarakat, kesejahteraan ekonomi adalah parameter.
BalasHapusJadi, memang harus disamakan konsepnya, baru langkah suami istri bisa seirama.
Ah iya, aku juga berjuang bersama dgn pasangan dari nol..
BalasHapusHehe
terimakasih sudah berbagi ceritanya
BalasHapushttps://bit.ly/3gGnyoZ
Halo, holaaaa ... Senangnya melihat pasangan pengantin baru ini hidup penuh kekompakan. Memang kudu gitu dong ya. Sudah berumahtangga, segala sesuatunya harus dibicarakan berdua, termasuk impian. Kalau terus diulang-ulang, kan nanti bisa jadi kenyataan.
BalasHapusBahagia selaluuuu ...
Iyes banget, kalo sudah menikah, segala sesuatu itu untuk keluarga. Berjuang bersama demi masa depan. Dan ini harus sejak awal pernikaha. Punya plannig, dan berjuang bersama. Semoga bisa konsisten dan tercapai semua tujuan bersamanya ya Mbak :)
BalasHapusIlmu tentang mengelola keuangan memang sangat penting. Aku pernah ikut Kelas Berbenah Sadis Intermediate, yang salah satu materinya tentang teknik2 mengatasi kebocoran. Dan itu adalah rutin mencatat. Biar bisa dievaluasi pengeluaran apa yang benar-benar dibutuhkan dan mana yang bisa ditekan. Keren lah itu kelasnya benar-benar praktek pembiasaan.
BalasHapusJustru kata saya mah gak usah nyeselin yang foya foya masa belum nikah. Itu emang sebaiknya dinikmatin mumpung belum nikah. Kalo dah nikah gak bakal bisa lagi nikmatin kebebasan pergi dan belanja sesuka hati. Karena ya begitu deh, kadang mau beli cardigan karena butuh pun masih mikir, "mendingan buat beli sepatu anak deh" padahal seatu anak masih ada. Hahaha
BalasHapusKeadaannya sama banget nih dengan aku sama suami. Aku di rumah dan suami kerja di kantor. Semangat terus ya mbak sama suaminya begitu juga aku di sini.
BalasHapusNggak apa sih punya niat merencanakan masa depan bersama calon suami. Aku dan suami dulu berbicara tentang keuangan sejak sebelum nikah. Dan dia beli rumah pun juga sebelum nikah karena kami teringat dengan peristiwa pasangan yang udah menikah pasti kebutuhannya lebih banyak dibanding yang masih lajang.
BalasHapus