Berulangkali kita mendengar orang berkata, jodoh, rezki dan maut adalah rahasia Allah. Yang sudah diatur olehnya.
Ya! Sejatinya maut/mati, kalau tidak kita yang meninggalkan lebih dulu, maka kita yang ditinggalkan. Begitupun persoalan cinta. Kalau bukan kita yang ditinggalkan, maka kita yang meninggalkan. Namun manakah yang lebih baik? Ditinggal atau meninggalkan? Sama-sama buruk, bukan? Jikalah bisa memilih, kita tak ingin memilih keduanya. Ingin sama-sama memiliki. Ingin sama-sama bersama. Bersatu dengan yang dicintai dan yang mencintai.
Setiap manusia ingin dicinta dan mencintai. Namun saat takdir berkata tidak, maka hal yang harus kita yakini adalah kita semua akan temukan bahagianya di waktu masing-masing |
Namun, kadangkala semua itu tak melulu seperti yang kita inginkan. Ada pula yang bilang, untuk wanita lebih baik meninggalkan daripada ditinggalkan. Karena wanita lebih mudah baper. Galaunya lama. Air matanya muda jatuh. Lalu bagaimana dengan lelaki? Apakah ia sekuat itu memendung rasa. Aku bertanya kepadamu jika kamu adalah lelaki. Apa reaksi mu jika ditinggalkan oleh yang dicinta? Apa yang kamu lakukan biar cepat move on? Cepat bangkit? Sulit aku menjabarkannya. Karena perasaan kita berbeda. Meski pada dasarnya semua sama. Ingin di dicinta dan mencinta.
Baca juga: Berjuang dan Diperjuangkan
Sejenak aku berfikir, berkaca kepada diri sendiri. Aku adalah wanita yang pernah mencintai dan dicintai lalu wanita yang pernah meninggalkan dan ditinggalkan.
Bukan keinginan, tapi itu adalah pilihan. Bukankah hidup adalah pilihan? Memilih yang terbaik untuk masa depan kita.
Teringat aku, akan seseorang di masa lalu, yang pernah hadir dan mencintai dengan tulus. Namun nyatanya ketulusan saja belum saja cukup jika tak sejalan dengan visi misi hidup. Aku memutuskan untuk pergi. Meninggalkan dia. Ya! Dia ku tinggal nikah. Harapannya ku hapus sudah.
Ditinggalkan dan Meninggalkan adalah hal yang biasa |
Teringat dulu, saat ku memutuskan untuk pergi, ia kerap membagikan quotes galau di medsosnya. Dan ntah kenapa itu tertuju untukku. Karena sesuai dengan keadaan kami saat itu. Aku bersikap acuh tak acuh. Berusaha tak ambil pusing. Lalu semua berlalu begitu saja.
Sakit? Aku yakin itu sudah pasti. Cinta bertepuk sebelah tangan. Jodoh tak sampai. Namun sekali lagi! Jodoh, rezki dan maut sudah ada yang atur. Bukan hanya satu dua orang saja yang mengalami. Bukan hanya kita saja. Tapi banyak! Buanyakkkkk yang mengalami hal serupa. Faktanya masih tetap hidup, kan? Masih baik-baik saja. Hanya orang yang berfikiran sempit lah yang memutuskan untuk mengakhiri hidup akibat persoalan cinta.
Baca juga: Planning Masa Depan Bareng Pasangan
Lalu, waktu berlalu, teringat pula olehku bagaimana rasanya aku ditinggalkan. Oh, tidak! Ditinggalkan hanyalah perasaanku. Sementara dia mungkin tidak pernah merasa meninggalkan. Aku merasa ditinggalkan padahal tidak pernah ada apa-apa di antara kami. Namun terasa nyesek sekali. Aku mengaguminya dalam diam. Namun dia tidak, harapanku hanya sebatas harap yang tak mungkin menjadi lekat apalagi sampai ke akad.
Dan, akhirnya kita kembali ke takdir. Jodoh kita adalah apa yang telah tertulis di Lauhul Mahfudz bahkan jauh sebelum kita lahir. Kita hanya menjalani skenario-Nya.
Baik itu kita ditinggalkan atau pun meninggalkan, semoga semuanya baik-baik saja. Tiada dendam, rukun, aman, dan damai. Meski tiada komunikasi, setidaknya hati kita tentram bersama pasangan masing-masing.
Baca juga: Untukmu yang Akan Kujumpai
Kalau kamu, pernah ditinggalkan atau meninggalkan? Atau keduanya? Salam hangat dari aku. Kita akan menemukan bahagia pada waktunya masing-masing😊
Seperti kata-kata yang sering kita dengar :
BalasHapusAda awal ada akhir
Ada perjumpaan dan ada perpisahan
Tapi begitulah kehidupan. Kita harus melakoninya.
Setuju kak.
HapusMasyaallah, fase ini memang sudah lewat di hidupku. Mengingatnya saja aku sakit, hihihi. Tapi nggak apa, baca ini berasa diingatkan kembali aja bahwa hidup itu sangat dinamis, dan kita terus berjalan ke depan. Semangat kak :)
BalasHapusHehee.. sorry kak. udah buat flashback.
HapusAku oernah ditinggalkan dua kali. dan sedihhhhh (saat itu). Tapi memang tntu ada maksud Allah swt kasih kita hal sepeeti itu dalam hidup dengan penyelesaiannya juga.
BalasHapusTuhan pasti memberikan yang terbaik untuk kita ya kak.😊
HapusPernah di tinggalkan, namun pada akhirnya merasa bersyukur ditinggalkan karena di pertemukan dengan yang lebih baik. Memang kita hanya perlu menjalaninya dengan ikhlas ya
BalasHapusHehee.. Alhamdulillah ya kak. Semua akan indah pada waktunya.
HapusWah, ada apakah Mba jadi pengen nulis ini? Hehehe. Kalo aku? Pernah keduanya. Dua kali ditinggal mantan menikah, tapi its OK, gpp banget karena pas putus emang udah selesai urusan. Dan satu kali meninggalkan, aku nikah duluan, wkwkwk. Untungnya pas proses di awal memang ga sampai ke hati jadi ga ada yang disesali. Yaaak, jadi curcol deh....
BalasHapusAda sesuatu kak. Makanya terbersit nulis ginian. Wkwk.
Hapusbener banget mba, ditinggalkan atau meninggalkan sama2 sakit rasanya, saya pernah mengalami keduanya, tinggal bagaimana cara kita menyikapinya, ingin cepat move on atau menenangkan diri dengan kurun waktu yang lebih lama
BalasHapusBetull. semua tergantung dengan sikap kita.
HapusDuh..ditinggalkan dan meninggalkan. Rasanya sering banget euy ditinggalkan. Kalau meninggalkan? kok malah lupa ya, pernah atau gak. Dasar saya, gak sadar sama diri sendiri~
BalasHapusSebagai wanita, aku lebih pro meninggalkan daripada ditinggalkan. Haha
HapusSaya pernah meninggalkan karena tak sevisi. Tapi ya balik lagi jodoh, rezeki, maut Allah yg atur. Alhamdulillah sekarang udah nemu orang yg tepat. Sevisi pula.
BalasHapusJadi inget masa lalu nih mbak
Sama donk berarti. Aku pun juga pernah meninggalkan karena tak sevisi.
HapusBaca ini jadi teringat yang iya iya di masa lalu. 😁
BalasHapusHahaa.. udah kak. Jangan diingat lagi. Sakit.
Hapus