Aku telah berpamitan sama Ayah dan Ibu. Bersalaman satu per satu kepada semua anggota keluarga. Hal yang biasa aku lakukan sebelum kembali ke kota Bengkulu. Kota tercinta tempatku mengadu nasib. Kuliah demi masa depan yang lebih gemilang.
Saat itu Ibu di dapur. Aku lupa apakah ia sedang masak atau sedang makan. Namun setelah bersalaman, siap pergi dan nyampe ke ruang tengah, ibu menyusulku. Lalu memeluk.
"Kamu nekad mau kuliah, Nak.. Padahal orang seperti kita ini, bukan tempatnya untuk kuliah. Terlalu mewah bagi kita akan sebuah kata KULIAH!". Ucapnya sambil memeluk dan ku lihat bola-bola kristal di sudut matanya mulai jatuh. Ia menangis. Menangis khas Ibu yang bahkan aku sendiri bisa menirunya. Persis sama.
Tak terasa air mataku ikut keluar. Kata-kata Ibu membuatku terenyuh. Saat peristiwa itu, aku mungkin menginjak semester 3/4. Masih semester bawah. Masih banyak kerikil yang menancap di telapak kakiku dalam melangkah meraih toga. Memang, ekonomi kami pada saat itu dibawah rata-rata! Hey!!! Kalau ada bantuan jenis apapun dari desa, keluarga kami adalah sorotan. Sungguh menyedihkan. Namun begitulah adanya. Bahkan pada saat tangis menangis itu, aku tak membawa uang yang cukup memadai untuk kuliah, jajan, makan, dan keperluan lainnya di perantauan. Mungkin karena itulah yang membuat Ibu menangis melepas kepergianku. Anak gadisnya pergi ke kota dengan sedikit bekal materi. Hanya do'a yang begitu banyak ia langitkan. Dan sesungguhnya itu sangaatttttt aku butuhkan. Tidak hanya sebatas materi atau kiriman belanja.
Beberapa kali pula aku kerap menangis di mobil. Terasa sesak meninggalkan keluarga. Rindu ku belum usai. Namun aku harus kembali. Agar kuliahku selesai. Saat itu aku berjanji, apapun yang akan terjadi, aku pasti akan sampai.
"Sudah, Bu.. Jangan nangis. Aku baik-baik saja koq. Jangan ngomong seperti itu lagi. Aku akan mempersembahkan toga buat Ibu. Do'akan terus aku". Aku berusaha menghiburnya.
Alhamdulillah, bertahun-tahun berlalu setelah kejadian itu, aku telah berhasil meraih toga dan baju kebesaranku. Heheh.. Aku menyebutnya baju kebesaran, karena memang sungguh baju itu luar biasa berarti bagiku. Aku bangga mengenakannya. Susah perih penuh seluruh dalam mendapatkannya (udah kayak puisi Chairil Anwar aja ni. Wkwk).
Selain itu, ya memang bajunya besarr.. Nggak sempat lagi ngecilin sebelum hari wisuda tiba. Hehe..
Sekarang, anak yang ditangisi Ibunya itu telah tuntas menyelesaikan tanggung jawab sebagai seorang anak yang diutus keluarga menyelesaikan pendidikan S1. Dan telah mengatur planning lain demo masa depannya.
Air mata ibu dan toga, tak hanya sekali itu terjadi. Berkali-kali dengan cerita, kisah, dan alur yang berbeda. Aku yakin bukan cuma aku. Pasti buanyaaakkk kisah air mata ibu dan toga lainnya di luar sana yang bahkan lebih miris dan lebih dramatis lagi ketimbang aku.
Buat kalian yang saat ini masih memperjuangkan toga demi keluarga terutama demi Ibu, yang kuat yaa!! Jangan nyerah. Ingat terus keluarga disetiap lelah dan keringatmu dalam menuntaskannya. Mereka yang berjuang demi kamu, berdo'a bahkan menangis agar anaknya sukses.
Karena definisi sukses bagi orang tua yang anaknya kuliah adalah dengan wisuda. Semangat!!! Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkah kita, dan surga tanpa hisab bagi ibu kita kelak. Aamiin..
Baper bacanya, mama saya bahkan mengantarkan saya kuliah dulu dengan wajah datar, entahlah mungkin beliau sedang menyembunyikan perasaan sedihnya.
BalasHapusOrtu saya memang kurang bisa mengekspresikan perasaannya, sehingga kadang saya merasa mama nggak sayang sama saya hahaha.
Tapi setuju banget!
Hadiah terindah buat ortu adalah toga dengan nilai terbaik dan tetap menjadi anak manis buat ortu :)
Kadang, memang sulit memahami perasaan orang tua ya kak. Begitu dalam.
HapusBahagianya masih punya ibu yang selalu memeluk dan mendoakan kita. Sayangi, jaga dan berikan yang terbaik untuk dia. 😢
BalasHapusAlhamdulillah kak. Iya, insyallah selalu di sayang
HapusTerharu mbak...
BalasHapusDan memang doa seorang ibu itu sumber kekuatan yg besar ya
Betul sekali kak. Do'a ibu adalah jimat bagi anak
HapusAmin, amin. Luar biasa perjuanganmu mbak. Benar sekali, mama dan papa saya juga sudah tenang disaat saya sudah wisuda. Gak bawel lagi
BalasHapusalhamdulillah kak..
HapusAda rasa sedih dan bahagia membaca semua perjalanan ceritanya. Selamat ya, kini sidha berhasil melangkah satu jenjang, ayo lanjutkan ke jenjang selanjutnya. Jangan tanggung. Bisa S2 sambil bekerja. Jadi tidak mengkhawatirkan ibu lagi untuk biayanya ��
BalasHapusIya kak. Insyallah nanti lanjut S2. Do'ain ya kak. ☺️
HapusJadi inget perjuangan saya, pingin cepet lulus karena udah cape ngga lulus lulus :D
BalasHapusHeheh . . Yang penting masih ada kemauan buat nyelesain kak. Kalau udah putus asa itu yang gawat
Hapusair mata dan doa ibu adalah penyemangat untuk selalu kuat menjalani masa-masa sulit. Selamat sudah sah sebagai sarjana, semoga sukses di hari-hari selanjutnya
BalasHapusPerjuangannya berbuah manis ya kak alhamdulillah, jadi air mata Ibu gak menetes sia-sia. Walaupun kadang suka berbeda pendapat atau berargumen, Ibu pasti selalu menyelipkan nama kita dalam doanya.
BalasHapusAku merasakan hidup prihatin juga semasa kuliah. Semuanya serba berhemat. Baju yang itu-itu lagi. Asal ada uang lebih, selalu dibelikan buku atau fotokopi. Kalau nggak gitu, pergi ke rental buat mengerjakan tugas. Soalnya nggak punya laptop. HP aja nggak punya. Selamat ya, Mbak. InsyaAllah harapan baru menanti di depan mata.
BalasHapusSelamat dan Sukses, Mbak.
BalasHapusPasti orang tua bangga dengan pencapaian anaknya. Sukses anak-anak bagi ortu adalah kebahagiaan anaknya yang telah mencapai apa yang diupayakan.
Masya Allah mbaaaa, perjuangan meraih toga yang luar biasa. Sukses bikin saya trenyuh! Insya Allah ilmu yang mbak dapatkan bermanfaat dannn gak ada yang lebih ampuh dari Doa seorang Ibu
BalasHapusMasya Allah. Doa ibu adalah harta berharga anak mba. Gak ada yg gak mungkin jika ibu kita mengiringi kita dengan doa. Selamat berjuang ya mba. Semoga sukses.
BalasHapusMasyaAllah mbak.. aku nangis bacanya. Sukses selalu dimanapun dirimu berada ya mbak. In shaa Allah doa sang ibunda akan dikabulkan Allah.
BalasHapusMasyaAllah mba, aku masih mandek di skripsi ada masalah nugu pihak kampung menghubungi lagi
BalasHapussemoga segera terselesaikan, aku bisa usaha lagi. Pengen bisa pamer ke ibuk make toga.
Saya tak memiliki kesempatan memakai toga sarjana. Tapi saya sudah bersyukur sempat merasakan bangku kuliah meski program diploma.
BalasHapusHal ini jadi motivasi saya agar nanti bisa mengantarkan anak-anak mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Semoga kami bisa. Aamiin.
Selamat ya kak... aku terharu loh bacanya. Masya Allah... semoga sehat selalu mamah yaa
BalasHapusAwww aku terharu jugaaa. Mamaku juga pas pertama kali aku kuliah juuga nangis huhu. terharu kali yaa anak perempuannya yang pertama akhirnya kuliah. Padahal kuliahnya masih satu kota wakakak.
BalasHapusAlhamdulillah, akhirnya bisa mepersembahkan Toga untuk ibu ya mbak.
BalasHapusDan semoga makin sukses kedepannya.
Salam buat ibunda.
Masa2 berat saat kecil dulu menguatkan kita mbak, setelah dewasa. Dan patut dikenang. Yang penting orang tua bisa bangga dan kita jadi salah satu alasannya.
BalasHapusBenar banget mba. Aku juga merasakan hal yang sama. Luar biasa perjuangan orang tua untuk anak-anaknya untuk mendapatkan baju kebesaran itu (toga)😥
BalasHapusSelamat mbak, sudah berhasil menyelesaikan program S1 nya ❤️ salut juga buat perjuangan nya dan ibu yg luar biasa support nya terhadap anak nya.. Ibu pasti bangga dengan mu mbak ❤️
BalasHapusLanjutkan perjuangan setelah S1 ini, tantangan ke depan semakin besar. Terus mengupgrade ilmu pengetahuan, perluas jaringan dan tetap semangat agar Ibu semakin bangga dan bahagia
BalasHapusJadi ingat masa-masa pertama kali ninggalin rumah, ninggalin ibu, bapak demi mengejar toga. Nyesek banget sih tapi demi mengejar impian ya Mbak.
BalasHapusTerharu mbak. Jadi baper saya nih. Ikutan flashback di masa-masa itu ketika ortu nggak bisa nemenin saya daftar kuliah. Hihi
HapusSemnagat menggapai impian dan bahagia selalu mbak