Sebuah telpon masuk di handphone ku. Ternyata adalah telpon dari sepupuku. Lalu aku angkat telponya. Setelah basa-basi....
“Dek.. coba dech. Benar kan begini jawaban yang Bapak maksud
itu? kenapa Bapak masih berputar disana-sana saja? Padahal udah sesuai dengan
arahanya”.
Beliau cerita panjang kali lebar. Dan aku menanggapi sebisa
ku. Karena sesungguhnya aku pun belum begitu faham dengan problema skripsinya
karena aku belum menyusun skripsi.
Lalu dia menangis. Dan aku mendengar tangisannya dari
seberang telpon. Mnguangat-nguatkan kuping dekat hp yang sudah mulai panas. kadang nggak terlalu jelas apa yang ia katakan. Namun aku jawab, yaa.. terus? ooo.., dan lain-lain sesuai dengan irama curhatanya. wkwk
“Apa ayuk banyak dosa ya, Dek? Ayuk sudah minta maaf sama
Amak, Abak. Minta do’a agar dilancarkan”. Dan lagi-lagi aku mendengarkan dan
menyemangati sebisa ku. Aku pun juga menyarankan agar beliau meningkatkan
ibadah seperti tahajud, sedekah, dhuha. Hanya itu yang bisa aku sarankan karena memang tidak bisa membantu banyak.
Dannn... saat itu berfikir, sebegitu beratnyakah skripsi hingga banyak air mata disana??
Lalu setelah ia bercerita menumpahkan kegundahan, kerisauan
dan kesedihan hati akan skripsinya, ia mengucapkan terima kasih dan merasa
lebih lega. Selebihnya aku banyak mengajaknya bercerita hal lain yang bisa
mengundang tawa.
Itu adalah masa dimana aku belum mengenal segala drama
skripsi. Dan sekarang?? Aku mengalaminya teman-teman. sekarang aku merasa aku yang berada di posisi ayuk sepupuku dahulu.
Apakah aku juga menangis? Tentu!!.. apalagi aku wanita yang cengeng dan mudah baperan. Huhuuu
That Day is Not My Day
Akan ada hari-hari baru yang lebih baik |
Pagi itu, aku dengan semangat menghadapi dosen pembimbing. Mengatakan hasil dari pencarian ku siang kemaren. Mencari referensi dan membuka-buka skripsi orang yang mirip dengan skripsiku. Namun yang pembimbing ku pinta tidak ada disana. Aku berharap akan ada pertimbangan. Sedikit dilonggarkan sebaimana kelonggaran yang teman ku rasa.
Namun apa yang terjadi? Aku tak kuasa menahan air mata saat
beliau marah karena aku tak menemukan referensi yang dimaksud. Belum lagi
suaranya yang menggelegar sampai di luar dan di rungan sebelah sehingga membuat aku
malu. Plisss pakkk.. Pelankan suara Bapak. Aku maluu.. huhuu..
Fix! ini adalah kali kedua aku menangis di depan Bapak yang sedikit garang, pemarah, namun tegas dan perhatian ini.
Setelah beliau marah dan bilang akan masuk kelas untuk mengajar, aku segera naik ke atas asrama. Kembali ke kamar dan
menangis disana. Aku malu menunjukan wajahku pada orang yang melirik ke
arahku. Aku hanya menunduk saja.
Menahan-nahan jari dari medsos yang sesungguhnya juga tak mengubah apapun. Aku berusaha menekan ego lalu mengubah kata-kata yang bernada keluhan dan kecewa menjadi kata-kata yang sedikit di ambigukan tanpa emoticon. Mencari siapa saja yang bisa diajak cerita dan aku tak malu jika menangis di hadapannya. Lalu japri teman senasib yang juga mengalami hal tak jauh beda dari aku. Tak lama kemudian dia datang dan kita saling menguatkan. Walau dia datangnya telat sich. Dia datang saat aku udah reda nangisnya tapi mata sudah sedikit bengkak. Wkwk
Heyy!! Ternyata teman seangkatanku yang bimbinganya di hari yang sama melihatku keluar dengan kepala tertunduk. Dia tau aku menangis habis di "semprot" pembimbing. Lalu taulah orang menyebarlah berita, "Nengsih nangis dimarahi Bapak Z".
Ya Allahh.. hari itu, serasa nggak akan kelar skripsi ini dalam
fikiranku yang lagi kacau. Lalu beberapa kakak tingkat yang sudah wisuda mencoba memotivasiku. Menyemangatiku. Dan aku bertambah baper. Huhuuu.. Malah nangis lagi.
Lalu esoknya aku memutuskan untuk menghibur diri. Ingin menemui
alam nan hijau. Disinilah sejenak aku melupakan masalahku. Walau tidak akan
menyelesaikan masalah jika aku hanya berdiam diri saja. Yaaa.. menemui alam atau melebarkan langkah yang bebas dari ruang berkotak adalah caraku agar tetap waras. Terus berada di kamar juga malah akan membuat kepala ku menjadi sakit dan bosan.
Tak Sesuai Target
Mengenai target?? Taukah kalian jika dahulu aku menargetkan kuliah 3,5 tahun? Dan target itu telah lewat. Sebenarnya itu tidak begitu masalah. Toh Sekarang aku masih berada di jalur yang benar. Yaitu waktu normal selama 4 tahun. Aku masih punya kesempatan dan waktu untuk menyelesaikan batas normal itu.
Dan mengenai skripsi, dulu
aku punya ekspektasi yang besar terhadap skripsiku. Karena judul yang aku angkat belum pernah di
teliti sebelumnya di prodiku. Namun memang benar, menyamakan persepsi antara kita dan banyak dosen pembimbing maupun pembahas itu sulit. Lain yang kita maksud, lain pula yang mereka tangkap. Atau mungkin memang persepsi aku nya yang salah dan nggak nyambung. Yasudahlah..
Setelah bimbingan dan
seminar, banyak yang berubah. Skripsi makin mengerucut dan jauh dari ekspektasi
yang telah aku rancang. Bahkan yang ada sekarang dalam benakku adalah “Yang
penting skripsiku selesai”.
Aku tau dan sangat sadar bukan hanya aku saja yang merasakan
drama skripsi ini. Tiap orang juga punya ceritanya masing-masing dalam prosesnya. Benar kata bijak
Kita tidak bisa menyamakan proses kita dengan proses orang lain. Karena bunga tak mekar secara bersamaan.
Slow but sure, untuk saat ini aku ingin menjadi lebih santai dan enjoy menghadapi prosesnya. Banyakin stok sabar.
Tulisan ini aku buat semata-mata ingin berbagi kisah di
dalam proses ini dan di sela-sela tatih dalam kembali mencari referensi untuk menyelesaikan tugas akhir. Hingga nanti menjadi suatu karya ilmiah yang utuh. Barangkali proses ini melatih mentalku agar jadi kian kuat. Karena akan banyak support dan do'a yang memelukku erat. Aku percaya itu.
Mohon
do’anya agar aku dan teman-teman yang lain selalu kuat dan sabar serta tetap pada jalur akademik yang
semestinya. Jauh dari segala keputus asaan.
Man sarro ‘aladdarbi wa shola
(Barangsiapa yang berjalan di jalannya, maka ia akan sampai)
Fighting buat kita semua yang sedang dalam proses sama
walau dengan problem yang berbeda. Dan semangat juga buat adek-adek tingkat
apabila kalian membaca tulisan ini dan nanti juga akan menemui skripsi. Yakinlah bersama Allah kita bisa. Apapun yang terjadi, kita pasti bisa
melewati tiap proses yang ada dan tampil menjadi pemenang dalam melawan diri
sendiri. Bismillah..
Smngtt mbakk neng . Aku yakin mbak bisa
BalasHapusSmngtt mbakk neng . Aku yakin mbak bisa
BalasHapusSiapp rett. Hee
HapusDan drama ini pun berakhir bahagia :)
BalasHapus