Aku benar-benar menyukai
pekerjaanku. Menjadi seorang blogger, seorang penulis buku yang sering di
undang kemana-mana setelah meluncurkan novel yang berjudul “Lembaran Warna”.
Mimpiku perlahan mulai terwujud sekarang. Daftar impian yang dulu hanya ada di
lembaran kertas warna-warni yang aku simpan erat di lemari berkunci. Dengan
susah payah aku mewujudkanya, bahkan dengan gelombang besar yang awalnya tidak
pernah aku duga sama sekali. Aku sudah melewati masa-masa buram itu. Dimana aku
kehilangan nikmat terbesar yang Allah berikan kepadaku.
Aku. Nur Salamah. seorang
wanita lugu yang baru 5 bulan menginjak bangku kuliah, berangkat ke kampus
dengan kemeja kotak-kotak warna coklat, ransel dongker yang berisi 1 buku, 1
pena, dan sebotol air minum. Celana jeans warna hitam dan jilbab segi empat
senada dengan warna kemeja dilengkapi dengan sneaker warna hitam, pagi ini aku akan
mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Kampus. Yaitu pelatihan jurnalistik.
Semua peserta berlimpah ruah, begitu antusias mengikutinya. Begitu juga aku. Awalnya ketika aku baru tiba di
lokasi, pesertanya baru setengah dari isi ruangan. Aku kira cuma segini
orangnya. Tapi wuuaaa… selang beberapa menit kemudian peserta membludak. Aku liat
panitianya malah kewalahan mengatur mereka.
Pematerinya juga nggak
kalah menarik. Mereka memang bukan orang terkenal. Namun mereka adalah
orang-orang yang ahli dalam bidang jurnalistik. Kami diajari bagaimana menjadi
seorang jurnalistik, serta di ajarkan juga membuat akun-akun media social
seperti twitter, fb, instagram, dll. Begitupun dengan blog. kami diajarkan
membuat blog. Mulai dari membuat email, membuat judul, sampai ke mendesain tema
blog.
Kata pemateri, di blog
kita bisa nulis apa saja yang kita sukai. Tentang kegiatan kita di kampus,
tentang puisi, cerpen, tugas kuliah, pokoknya apa aja yang pengen kita tulis,
kita tulis di blog. Bukan hanya itu, dari blog kita juga menghasilkan uang.
Aku mengikuti setiap session
dalam pelatihan ini sampai selesai. Hingga akupun akhirnya juga memiliki laman
blog. Perangkaikata.blogspot.co.id. itulah nama blog yang aku berikan.
Usai itu aku mulai
menulis. Nulis apa saja seperti yang dibilang oleh pemateri. Nulis tentang
perjuanganku selama di organisasi, nulis cerpen dan puisi indah, nulis kisah-kisah
inspiratif, review buku, serta menulis semua mimpiku.
Namun, hidup tidak selalu
bisa seperti apa yang kita inginkan. Ada siang ada malam, ada terang ada gelap,
ada lelaki ada perempuan, semua di dunia ini Allah ciptakan secara berpasangan.
Begitu juga hidupku. Ada masa sukanya namun juga pasti ada masa dukanya.
Malam itu, ketika keluar
dari kostanku untuk membeli makan malam, sesuatu terjadi padaku. Ketika aku
menyebrangi motor, tiba-tiba sebuah kendaraan lain menghantam motorku dengan
begitu keras. Aku tidak tau kenapa itu terjadi. Yang aku tau ketika sadar aku
sudah berada di rumah sakit. Di ruang kamar rumah sakit ukuran sedang dengan
cat tembok warna putih. Ketika sadar dan perlahan membuka mata, aku liat ada
dokter dengan seragam putihnya, ibu dengan mata sembab, dan ayah dengan tegar
menatapku. Aku bertanya, apa yang terjadi?
Mereka hanya menggeleng dan menjawab, “Semua baik-baik saja”.
Hingga pada akhirnya aku
perlahan tau. Aku adalah korban tragedy malam itu. Tabrakan yang menyebabkan
bunyi begitu keras. Seorang pemuda ugal-ugalan membawa motor dengan sangat
kencang menabrakku. Aku masih beruntung karena pada detik ini masih bisa
menghirup udara segar. Sementara ia sudah meninggal dunia. Meninggal di tempat.
Bentuk wajahnya bahkan tidak dikenali lagi. Sementara aku, aku pinsan. Kakiku
hancur tergilas roda motor lawan. Aku segera di bawa ke rumah sakit oleh warga
setempat. Dan entah bagimana ceritanya, Ayah ibu mengetahui kabarku dan langsung
menuju rumah sakit. Kecelakaan ini ternyata harus aku bayar mahal. Aku harus
rela kehilangan 1 kaki kiri. Karena memang tidak bisa lagi diselamtkan. Kata
dokter kakiku memang harus di amputasi. Karena kalau tidak, maka ia akan
membusuk. Ya Allah hatiku hancur. terbayang olehku bagimana aku berjalan tanpa
kaki yang lengkap. Bagimana dengan mimpi-mimpiku? Tapi.. malaikat tak bersayap itu
menguatkanku. “Kamu kuat, nak.. kamu pasti bisa melewati ini semua. Kamu
yang sabar ya sayang.. ada ibu disini. Ibu selalu ada untukmu, ingat sayang,
Allah tidak akan menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya”
Begitulah ibu. Ia selalu
mensupportku apapun kondisiku.
Aku merenung. “Apakah ada
yang salah denganku Tuhan? Hingga Engkau beri ujian seberat ini? Namun, semakin
aku merenung, semakin aku menyadari akan semua dosa-dosaku. Menyadari akan
syukurku yang sangat sedikit. Dan akhirnya aku memutuskan untuk hijrah. Dan
Alhamdulillah lagi-lagi ibu mendukung perubahanku. Meski semua butuh proses
begitupun dengan proses hijrah, namun aku tetap berusaha dengan memulainya
dengan memperbaiki sholatku. Dulu aku sering lalai dengan sholat dan bahkan
pernah juga meninggalkan sholat dengan alsan ngantuk atau capek atau sibuk.
Tapi sekarang tidak pernah lagi meninggalkan dan selalu berusaha sholat di awal
waktu. Aku mulai belajar mencintai Sunah seperti puasa senin-kamis, sholat
malam, sholat dhuha, dan memperbanyak sedekah. Bukan hanya itu, pakaian pun
sudah aku robah. Semua celana jeans ku sudah aku bakar. Aku tidak lagi mengenakanya
karena aku tau itu dilarang. Dan ibupun dengan
penuh pengertianya perlahan membelikanku rok, jilbab panjang, serta
gamis sebagai pengganti pakaianku yang lama. Dan lama-kelamaan aku merasa
nyaman dengan diriku yang sekarang. Aku merasa sangat bahagia meskipun anggota
tubuhku ada yang kurang. Tapi.. bukankah kebahagiaan itu letaknya dihati? Bukan
pada harta atau bentuk fisik yang sempurna.
Dan sekarang. Aku telah
bangkit. Aku telah move on dari masa kelam itu. Inilah Nur Salamah yang
sekarang. Nur Salamah yang optimis, yang insyallah lebih sholehah daripada yang
dahulu, yang berpakaian longgar dengan jilbab panjang namun nggak kalah cool
dan gaulnya dibanding muslimah yang lain. Meski sekarang aku tidak memiliki
kaki asli, namun ayah telah membelikan ku kaki palsu agar aku tetap bisa
berjalan. Aku kembali menekuni hobiku. Aku berjuang kembali merangkai kata meski
dengan tertatih-tatih. Perlahan menulis novel dan mewarnai lagi akun blog yang
telah lama terlupa. Dan aku juga telah bergabung di komunitas blogger yang ada
di kotaku. Komunitas Blogger Bengkulu. Mereka tau kisahku dan selalu mensupport
setiap karya yang aku berikan. Aku bahagia sekali telah dipertemukan dengan
mereka. Mereka pribadi-pribadi yang unik, yang sholeh dan sholehah, yang loyal,
yang solid. Mereka saksiku merangkai kata mulai dari tertatih-tatih hingga
sekarang menjadi terlatih. “Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau
dustakan?”
yang sabar dan tabah ya dek, Allah punya rencana yang terbaik dari setiap kejadian yang menimpa kita. kisah kita hampir sama, aku juga pernah mengalami kecelakaan tabrak lari, akibatnya kaki kiriku patah. Namun Alhamdulillah Allah menyelamatkan aku dari maut yang tak bisa dibayangkan itu. Fighting buat kita
BalasHapussalam
Ahmad Kumaedy
masyallah kak.. ini cerpen. hanya fiksi, tapi Alhamdulillah kalo udah kayak kisah nyata. hehee. untuk kk yang tabah yaa.. smua pasti ada hikmahnya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus