Aku benar-benar menyukai
pekerjaanku. Menjadi seorang blogger, seorang penulis buku yang sering di
undang kemana-mana setelah meluncurkan novel yang berjudul “Lembaran Warna”.
Mimpiku perlahan mulai terwujud sekarang. Daftar impian yang dulu hanya ada di
lembaran kertas warna-warni yang aku simpan erat di lemari berkunci. Dengan
susah payah aku mewujudkanya, bahkan dengan gelombang besar yang awalnya tidak
pernah aku duga sama sekali. Aku sudah melewati masa-masa buram itu. Dimana aku
kehilangan nikmat terbesar yang Allah berikan kepadaku.

Pematerinya juga nggak
kalah menarik. Mereka memang bukan orang terkenal. Namun mereka adalah
orang-orang yang ahli dalam bidang jurnalistik. Kami diajari bagaimana menjadi
seorang jurnalistik, serta di ajarkan juga membuat akun-akun media social
seperti twitter, fb, instagram, dll. Begitupun dengan blog. kami diajarkan
membuat blog. Mulai dari membuat email, membuat judul, sampai ke mendesain tema
blog.
Kata pemateri, di blog
kita bisa nulis apa saja yang kita sukai. Tentang kegiatan kita di kampus,
tentang puisi, cerpen, tugas kuliah, pokoknya apa aja yang pengen kita tulis,
kita tulis di blog. Bukan hanya itu, dari blog kita juga menghasilkan uang.
Aku mengikuti setiap session
dalam pelatihan ini sampai selesai. Hingga akupun akhirnya juga memiliki laman
blog. Perangkaikata.blogspot.co.id. itulah nama blog yang aku berikan.
Usai itu aku mulai
menulis. Nulis apa saja seperti yang dibilang oleh pemateri. Nulis tentang
perjuanganku selama di organisasi, nulis cerpen dan puisi indah, nulis kisah-kisah
inspiratif, review buku, serta menulis semua mimpiku.
Namun, hidup tidak selalu
bisa seperti apa yang kita inginkan. Ada siang ada malam, ada terang ada gelap,
ada lelaki ada perempuan, semua di dunia ini Allah ciptakan secara berpasangan.
Begitu juga hidupku. Ada masa sukanya namun juga pasti ada masa dukanya.
Malam itu, ketika keluar
dari kostanku untuk membeli makan malam, sesuatu terjadi padaku. Ketika aku
menyebrangi motor, tiba-tiba sebuah kendaraan lain menghantam motorku dengan
begitu keras. Aku tidak tau kenapa itu terjadi. Yang aku tau ketika sadar aku
sudah berada di rumah sakit. Di ruang kamar rumah sakit ukuran sedang dengan
cat tembok warna putih. Ketika sadar dan perlahan membuka mata, aku liat ada
dokter dengan seragam putihnya, ibu dengan mata sembab, dan ayah dengan tegar
menatapku. Aku bertanya, apa yang terjadi?
Mereka hanya menggeleng dan menjawab, “Semua baik-baik saja”.

Begitulah ibu. Ia selalu
mensupportku apapun kondisiku.

Dan sekarang. Aku telah
bangkit. Aku telah move on dari masa kelam itu. Inilah Nur Salamah yang
sekarang. Nur Salamah yang optimis, yang insyallah lebih sholehah daripada yang
dahulu, yang berpakaian longgar dengan jilbab panjang namun nggak kalah cool
dan gaulnya dibanding muslimah yang lain. Meski sekarang aku tidak memiliki
kaki asli, namun ayah telah membelikan ku kaki palsu agar aku tetap bisa
berjalan. Aku kembali menekuni hobiku. Aku berjuang kembali merangkai kata meski
dengan tertatih-tatih. Perlahan menulis novel dan mewarnai lagi akun blog yang
telah lama terlupa. Dan aku juga telah bergabung di komunitas blogger yang ada
di kotaku. Komunitas Blogger Bengkulu. Mereka tau kisahku dan selalu mensupport
setiap karya yang aku berikan. Aku bahagia sekali telah dipertemukan dengan
mereka. Mereka pribadi-pribadi yang unik, yang sholeh dan sholehah, yang loyal,
yang solid. Mereka saksiku merangkai kata mulai dari tertatih-tatih hingga
sekarang menjadi terlatih. “Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau
dustakan?”
yang sabar dan tabah ya dek, Allah punya rencana yang terbaik dari setiap kejadian yang menimpa kita. kisah kita hampir sama, aku juga pernah mengalami kecelakaan tabrak lari, akibatnya kaki kiriku patah. Namun Alhamdulillah Allah menyelamatkan aku dari maut yang tak bisa dibayangkan itu. Fighting buat kita
BalasHapussalam
Ahmad Kumaedy
masyallah kak.. ini cerpen. hanya fiksi, tapi Alhamdulillah kalo udah kayak kisah nyata. hehee. untuk kk yang tabah yaa.. smua pasti ada hikmahnya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus