"Rindu Untuk Ayah.., !!! "
Hari ini aku serasa sibuk sekali dengan jadwal perkuliahan. Presentasi makalah, tugas kelompok, hafalan ayat-ayat Al-Quran, buat makalah,
huhhh... Rasanya aku ingin punya
tangan sepuluh biar bisa menuntaskan semua tugas kampus ini. Biar cepat selesai dan cepat juga tenangnya
nich fikiran. Tapi itu nggak mungkin.
Akhirnya aku dengan bismillah terlebih dahulu, aku kerjakan tugas pertama yang harus di
kumpulkan besok. Yaitu presentasi makalah
dengan judul literasi kebudayaan Islam Di Indonesia.
Disaat aku lagi mengetik tugas,
entah kenapa, tiba-tiba adek
bungsuku, Hazel, kirim pesan di whatsapp,
"Mbak lagi apa? "
Aku penasaran, tumben Hazel
whatsapp.. Bukan aneh sich, tapi kemaren adekku bilang bahwa ia lagi
ujian Nasional dan untuk sementara nggak mau di ganggu, termasuk hp. Tapi ntah kenapa pagi ini dia mengingkari
ucapanya.
"Mbak lagi ada kegiatan kampus dek,
ada apa?"
Tapi ia tak membalas lagi chat ku dengan kata-kata. Ia hanya mengirim emoticon wajah cemberut dan
sedih.
"Kenapa sayang? Lagi ada
masalah ya? "
"Macam-macam mbx, banyak
:-(" balasnya lgi dengan emoticon sedih.
"Kapan kita bisa cerita, Mbx? malam nanti bisa? "
"Iya dek, nanti malam telpon
mbx ya, karena mbx lagi nggak ada pulsa"
"Iya, tapi apa mbx nggak
sibuk? "
"Walaupun mbak sibuk, mbx
akan luangkan waktu untuk adek mbx tersyang ini. " ucapku untuk membuat
hatinya senang.
"Makasih, mbak,. Nanti malam
setelah isya aku telpon.:-)" kali ini ia mengirim emoticon senyum.
Begitulah.. Akhirnya kami menyepakati untuk nanti malam telponan. Aku masih bertanya-tanya kira2 ada masalah
apa ya adek yang biasanya selalu ceria ini,
koq jadi cemberut dan sedih. Apa
karena ujian nya ada masalah? Apa karena
di marah bunda? Setau aku bunda juga
jarang marah.. Atau karena ada masalah
dengan sahabatnya? Ahh, entahlah..
Daripada aku pusing mikirin yang nggak pasti ini lebih baik aku tunggu
saja kabarnya nanti malam.
Detik berganti menit, menit
berganti jam. Dan malam pun tiba. Setelah melaksanakan salat Isya, aku lihat di hp ku belum ada tanda2 Hazel
akan menelpon. Aku sms, "Nggak jadi nelpon, Dek? " tapi
belum ada balasan.
Aku fikir mungkin dia masih belajar.
Kan bsok ujian terakhirnya.
Yasudahlah aku melanjutkan dulu bacaan novelku yang berjudul Bumi yang
ditulis oleh Chintia Febrianti
Aku sedang membaca titik konflik di novel ini, dimana sebuah persahabatan yang di bangun
oleh Aghni, Doton, Ken,
dan Windi. Karena pertemuan mereka pada organisasi yang sama di
kampus. Organisasi yang mempertemukan
mereka pada hobi yang sama. Yaitu Jurnalistik atau pers kampus. Mereka memang satu kampus.. Dan di organisasi ini ketua pers nya adalah
Ken. Mereka bersahabat seakan mereka telah mengetahui semua tentang
ssahabatnya. Padahal tidak. Banyak
rahasia yang mereka simpan erat-erat dari sahabat mereka yang lainya. Mulai dari Windi yang seperti gadis polos nan
lugu, namun sejatinya ia adalah wanita
yang kebahagiaanya tergantung dengan orang lain. Yaitu Kelvin, pacar yang hanya ingin memanfaatkan
Windi saja. Namun Windi takut kehilangan
dia karena ia berfikir Kelvin inilah satu-satunya orang yang menjadi tempat ia
menghibur diri dikala orang tuanya sibuk dengan pekerjaan dan tidak
memerhatikanya. Sehingga Windi rela
menjadi pelampiasan nafsu bejat Kevin karena ia takut kehilangan,
Ken, yang kelihatanya adalah laki-laki maco, namun ternyata pekerjaanya pada malam hari
adalah sebagai waria yang menggoda om-om perut buncit yang tidak tau lagi mau ditarok
kemana uangnya. Dan mungkin juga karena
ada kelainan pada dirinya sehingga ia lebih memilih waria seperti Ken daripada
gadis cantik yang banyak berkeliaran di bar-bar, di kafe,
atau di hotel-hotel.
Lalu Aghni, yang seperti memiliki
keluarga bahagia dengan limpahan kasih sayang dari kakak dan ibunya sehingga kadang
membuat iri Windi, namun ternyata ia
memiliki keluarga yang broken home,
kakak yang tempramental sejak di tinggal meninggal oleh ayahnya. Dan ibunya, sosok wanita pekerja keras dan
selalu sabar menghadapi kakaknya meski tak jarang ia mendapat perlakuan kasar
dari anaknya sendri.
Lalu Doton, seorang anak yang
tinggal dengan nenek tirinya sementara ibunya telah menikah lagi dan hidup
bahagia dengan laki2 lain tanpa memikirkan anaknya, sementara ayah tirinya yang baik hati telah
meninggal dunia.
Menarik sekali novel ini dan membuat aku penasaran untuk terus
membacanya. Aku membaca sampai titik dimana Ken ditangkap polisi saat razia
karena ketangkap sedang berduaan dengan om-om perut buncit di suatu gubuk, dan naasnya polisi itu adalah ayah dari murid
Ken yang ia Les Privat kan. Iya, Ken
selain kerjanya sebagai waria itu, ia
juga mengajar Les Privat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Ken meminta maaf kepada ayah dari muridnya ini, dan...
Bacaanku terhenti.
Hp ku berdering. Ku lihat ada sms
masuk disana. "Adek Hazel"
Akhirnya ia menghubungiku juga fikirku.. Meskipun jam sudah menunjukkan
puku 22.14 wib.
"Lagi apa mbak? "Sapanya
"Ini lagi baca novel" balasku
Akhirnya ia cerita kalo tadi ia ketiduran sehingga lupa menelpon. Dan sekarang ia baru saja bangun dan selesai mencuci
muka. Ia nggak jadi nelpon karena ternyata pulsanya juga habis. Ia lupa mengisi pulsa dan mau keluar juga udah
malam. Akhirnya ia hanya bisa sms karena
masih ada bonusnya.
"Adek mau cerita apa? "
"Pokoknyu kita harus sukses di masa akan datang ya, Mbak :'(, doakan
adikmu semoga kuat dan ikhlas walau hati masih terasa beku dan lama rasanya
ingin meleleh. Dan mungkin hanya keajaiban lah yg bisa merobah nya. "
Aku ketik lagi sms balasan. "Kenapa adek ngomong seperti itu? "
Tak lama ada balasan. "Ntahlah mbak,
ntah kenapa hati ini iba. Adek bisa nerima keadaan tapi entahlah seakan
ada tersirat dalam hati kecil yg masih ada kata-kata belum sepenuhnya
ikhlas".
Mata ini serasa panas, tak tahan
lagi memendung air mata yang seakan menyeruak ingin menumpahkan
kesedihan.. Yaa.. Air mata adalah cara kita mengungkapkan
ekspresi hati ketika mulut sudah tak mampu lagi berbicara.
Aku tau apa yang dirasakan adek ku. Jika ia sudah bicara seperti itu, itu artinya ia lagi merindukan almarhum Ayah. 3 bulan yang lalu Ayah kami meninggal saat
lagi mencari nafkah. Ayah kami adalah seorang nelayan. Pagi itu cuaca baik2 saja sebelum ayah pergi
melaut dengan rekan2nya. Tapi di siang
hari cuaca yang tenang itu menjadi bergemuruh.
Badai kencang, bahkan ada salah
satu pohon yang roboh menimpa salah satu rumah warga.
Kami mulai cemas dengan keadaan Ayah yang masih berada di tengah
laut. Kami terus berdoa semoga Ayah
baik2 saja dan pulang dengan selamat.
Namun Allah berkehendak lain. Perahu milik Ayah terbalik, Ayah dan rekan-rekannya terhempas di
laut. Hanya satu yang selamat, yaitu Pak Fandi, karena saat itu ia masih mampu memegang satu
papan serpihan kapal yang pecah sehingga msih bisa bertahan sampai Tim Sar
menemukanya. Saat itu pak Fandi sendiri
antara hidup dan mati. Tapi Allah memang
menginginkan ia hidup lebih lama di dunia ini, sehingga ia terselamatkan. Tapi Ayah..
Jangankan selamat, bahakan jasad
nya pun tak kami temukan. Kami benar-benar
terpuruk saat itu. Kami semua kehilangan sosok Ayah dalam hidup kami. Ibu
menangis histeris bahkan pinsan, adekku Hazel, saat itu hanya menangis. Namun aku tau ia juga sangat kehilangan Ayah
karena ia yang paling dekat dengan Ayah, yang paling manja sama Ayah. Dan
akuu.. Apa yang bisa aku lakukan? Menjadi santri 3 tahun wktu di pondok itu
sudah lumayan cukup menempa imanku. Setidaknya aku yang paling tegar di antara
yang lainya. Kehilangan? Sedih?
Itu sudah pasti. Namanya juga
manusia. Namun, yang aku tau,
bahwa, jodoh, rezki,
dan maut itu di tangan Allah.
Hanya Allah yang tau kapan itu tiba.
Tak ada yang bisa mengendalikan sesuatu yng sudah menjadi takdirnya. Termasuk juga kematian Ayah.
Kehidupan kami benar-benar berubah,
Ibu yang awalnya adalah seorang Ibu rumah tangga biasa, namun sekarang harus menjadi tulang punggung
keluarga. Ayah memang meninggalkan kebun
untuk kami. Tapi kami tidak bisa hanya
mengandalkan itu. Kami harus
berhemat. Belum lagi kami harus
menyelesaikan study yang mnjadi amanah dari Ayah. Ayah, kami merindukan mu,
rindu sosok lelaki seperti mu. Hanya Engkau yang kami Rindukan saat ini. Rindu
ini hanya untuk Ayah. Semoga kau tenang di alam sana dan mendapat tempat
terbaik disisi Allah SWT.
Hazel, adek bungsu dan adek satu-satunya
ini, ia sedang galau.
Dia bercerita bahwa besok adalah ujian terakhirnya di bangku SMA. Dan minggu besok adalah perpisahan
kelas. Nah, seperti biasa di acara perpisahan, setiap siswa harus membawa orang tuanya
karena disana nanti ada penyerahan siswa dari guru ke orang tua, nah di sekolahnya tadi, setelah melaksanakan ujian, di kelas,
Hazel tiba-tiba ditunjuk oleh gurunya sebagai perwakilan untuk
penyerahan. Hazel, adekku yang pintar dan manis ini dipercaya
untuk mewakili puluhan temanya yang lain. Tapi itu tidak membuat Hazel
gembira. Ia bahkan sedih. Karena ia harus menolak tawaran itu. Bukan karena ia tak mampu. Tapi karena Ayah telah meninggal, jadi ia menolak
tawaran itu. Biasanya selalu ayah yang datang
disaat ada undangan dari sekolah. Tapi
kali ini enggak. Apalagi di acara perpisahan SMA nya. Dimana ia telah menyelesaikan 3 tahun di bangku
putih abu-abu ini.
Aku hanya bisa mensupport adekku,
agar ia tetap tegar, dan
mengikhlaskan kepergian ayah. Aku yakini
dia bahwa suatu saat kita pasti akan sukses.
Membahagiakan ibu, dan ayah di
surga sana. Aamiinnn..
Sedih ceritanya mba,mirip real
BalasHapusPdhal itu hanya imajinasi mbx. Hehee
HapusAamiin :)
BalasHapusAamiinn...😃😃
HapusBagus nengsih,, buatlah kumpulan cerpen, kalo ada mbk siap fasilitasi penerbitan
BalasHapusBagus mbakk. Mbaknya anak Bengkulu yaa, salam kenal 😆
BalasHapusHeheee.. Trmksih mbx ipeh..
BalasHapusIya anisa, slam kenal jga..
BalasHapus